A. Latar Belakang
Wilayah perairan laut Indonesia memiliki kandungan sumberdaya alam khususnya sumberdaya hayati (ikan) yang berlimpah dan beraneka ragam. salah satu wilayah yang mempunyai sumberdaya hayati (ikan) yaitu luwuk kabupaten banggai. Secara geografis luwuk terletak pada posisi 0° 30'-02° 20' LS dan 122° 10' - 124° 20' BT. dengan batas wilayah sebelah utara Teluk Tomini, sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Poso, sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Tolo dan sebelah timur berbatasan dengan laut Banda (Anonim 1, 2011).
Purse seine merupakan alat penangkapan yang penting baik untuk perikanan pantai maupun perikanan lepas pantai dengan tujuan penangkapan adalah ikan-ikan pelagic shoaling spesies yang tingkah lakunya antara lain membentuk shoal (gerombolan), dan berada dekat dengan permukaan air (sea surface), (Ayodhyoa, 1976 dalam Sudirman dan Mallawa 2004). Purse seine merupakan salah satu alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di kabupaten Banggai. Pada umumnya alat tangkap purse seine ini mempunyai beberapa alat bantu yang digunakan dalam operasi penangkapan yang betujuan untuk memudahkannya pengoperasian alat tangkap utama seperti lampu, rumpon, roller, serok dan lain-lain (Anonim 3, 2010).
Salah satu andalan kabupaten Banggai adalah sektor perikanan namun pemanfaatannya belum optimal. Potensi perikanan di wilayah kabupaten Banggai cukup besar terutama pada sektor perikanan laut. Potensi lestari sumber daya ikan kabupaten Banggai adalah sebesar 48.627,1 ton/tahun yang terdiri dari ikan pelagis 39.387,9 ton/tahun dan ikan demersal 9.239,2 ton/tahun.
Pemanfaatannya per tahun hanya 28,7% atau 13.922,9 ton/tahun sektor perikanan laut menggunakan alat penangkap ikan yang sederhana dan tradisional antara lain jaring insang, bubu,pancing dan purse seine (DKP Kabupaten Banggai, 2005).
Tingkat pemanfaatan yang belum optimal ini disebabkan karena masih rendahnya produktifitas usaha penangkapan seperti : keterbatasan modal, alat tangkap yang relative masih sederhana armada, penangkapan yang digunakan relatif kecil dan penguasaan teknologi yang masih rendah ketrampilan nelayan yang masih rendah (Anonim 2, 2011)
Sehubungan dengan belum optimalnya usaha perikanan purse seine dalam pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecill di wilayah kabupaten Banggai yang disebabkan oleh kurangnya teknologi alat tangkap purse seine dan sampai saat ini belum ada kajian mengenai hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang studi penggunaan teknologi alat bantu penangkapan pada pengoperasian purse seine di perairan kabupaten Banggai (Anonim 2, 2011).
B. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi alat bantu penangkapan pada purse seine
2. Mengetahui produktifitas purse seine yang menggunakan alat bantu penangkapan
3. Mengetahui komposisi jenis hasil tangkapan
Kegunaan dari penelitian ini adalah dapat menjadi bahan informasi mengenai alat bantu penangkapan pada pengoperasian purse seine di perairan kabupaten Banggai
II. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Deskripsi alat tangkap
Purse seine disebut juga pukat cincin karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin dan tali kolor. Fungsi cincin dan tali kerut/tali kolor ini penting terutama pada waktu pengoperasian jaring. Sebab dengan adanya tali kerut tersebut jaring yang tadinya tidak berkantong akan terbentuk pada tiap akhir penangkapan (Anonim 3, 2011).
Prinsip menangkap ikan dengan purse seine adalah dengan melingkari suatu gerombolan ikan dengan jaring, setelah itu jaring bagian bawah dikerucutkan, dengan demikian ikan-ikan terkumpul di bagian kantong. Dengan kata lain dengan memperkecil ruang lingkup gerak ikan. Ikan-ikan tidak dapat melarikan diri dan akhirnya tertangkap. Fungsi mata jaring dan jaring adalah sebagai dinding penghadang, dan bukan sebagai pengerat ikan (Ayodhyoa, 1976 dalam Sudirman, dan Mallawa 2004).
Ukuran mata jaring merupakan faktor penting yang harus diperhatikan pada jaring pusre seine, karena berhubungan langsung dengan ukuran ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan dan banyaknya ikan yang tertangkap. Pemilihan ukuran mata jaring yang terlampau kecil menyebabkan sinking speed akan menurun, tetapi ukuran mata jaring yang terlampau besar akan mengakibatkan tangkapan banyak yang lolos atau terjerat (Sudirman dan Mallawa, 2004).
Pada umumnya dalam pengoperasian purse seine dikenal dengan menggunakan alat bantu cahaya lampu (light fishing) dan menggunakan rumpon. Untuk menangkap pada malam hari, biasanya menggunakan lampu petromaks untuk mengumpulkan kawanan ikan dibantu dengan perahu penganak (perahu lampu). Cara penangkapan dilakukan dengan mengelilingkan jaring pada perahu lampu. Pada akhir penyelesaiannya perahu lampu dikeluarkan dari lingkaran jaring kemudian ikan-ikan yang telah terkurung dinaikan keatas perahu (Subani, 1972 dalam Sudirman dan Mallawa 2004).
B. Profil Kapal Purse Seine
Selain pengalaman, tingkat penguasaan teknologi yang digunakan dalam kapal purse seine diharapkan dapat meningkatkan hasil produksi yang dihasilkan. Mayoritas kapal purse seine saat ini sudah dilengkapi dengan teknologi tertentu untuk membantu nahkoda dalam membaca navigasi dan mengetahui keberadaan ikan. Dari semua teknologi yang digunakan, ada 2 alat bantu teknologi yang berperan sangat vital dalam proses penangkapan ikan yaitu rumpon dan lampu cahaya. Untuk mengoperasikan purse seine harus dibantu dengan menggunakan rumpon dan cahaya, yang berfungsi untuk mengumpulkan ikan-ikan pada area penangkapan di sekitar jaring yang telah dipasang. Karena karakteristik dari ikan pelagis adalah bergerombol pada daerah yang bercahaya (terang) maka fungsi lampu cahaya disini sangat membantu sekali, selain itu rumpon yang berfungsi sebagai umpan dimaksudkan agar ikan mengikuti rumpon tersebut sampai di area penangkapan (Sismadi, 2006).
C. Alat Bantu Penangkapan
1. Lampu (light fishing)
Penggunaan lampu untuk penangkapan di Indonesia telah berkembang Dengan baik, sehingga ditempat-tempat dimana terdapat kegiatan perikanan hampir dipastikan mengunakan lampu, khususnya alat-alat tangkap yang dioperasikan pada malam hari pemanfaatan lampu tersebut dimasudkan untuk merangsang dan menarik pada suatu daerah tertentu kemudian dilakukan penangkapan (Subani, 1972 dalam Sudriman dan Mallawa 2004).
Prinsip penangkapan ikan dengan light fishing adalah menyalurkan keinginan ikan sesuai dengan nalurinya yaitu menyukai cahaya. Dengan demikian, ikan yang datang di sekitar lampu tersebut merupakan pemanfaatan dari behavior ikan tersebut.
Ayodhyoa, (1976) dalam Sudirman dan Mallawa (2004) mengatakan bahwa peristiwa tertariknya ikan di bawah cahaya dapat di bagi atas dua macam
1. Peristiwa berlangsung, yaitu tertarik oleh cahaya lalu berkumpul. Ini tentu berhubungan langsung dengan peristiwa fototaxis seperti tersebut diatas seperti jenis-jenis sardinella, kembung, dan layang.
2. Peristiwa tak langsung, yaitu karena adanya cahaya maka plankton, ikan-ikan kecil dan sebgainya berkumpul, dengan tujuan feeding beberapa jenis ikan yang termasuk dalam kategori ini seperti ikan tenggiri, cendro, dan lain-lain.
(a) (a)
(b)

Gambar 1: Alat bantu cahaya yang digunakan purse seine
a. Lampu Petromaks dan b. Lampu Merkuri (Hesty, 2011)
Cahaya hanyalah merupakan alat bantu penangkapan ikan yang berfungsi untuk mengumpulkan ikan dalam satu area penangkapan (catchable area). Ikan tertarik pada cahaya melalui penglihatan (mata) dan rangasangan melalui otak. Peristiwa tertarikanya ikan pada cahaya disebut fototaxis (Rahman, 2001). Dengan demikian ikan yang tertarik pada cahaya hanyalah ikan-ikan fototaxis, yang umumnyaa adalah ikan-ikan pelagis dan sebagian kecil ikan demersal,sedangakan ikan-ikan yang tidak tertarik pada cahaya atau menjauhi cahaya biasanya disebut fotophobi yang sering dikatakan dengan fototaxis negative (Gunarso, 1985).
Cahaya lampu, intensitas, warna lampu, cuaca, penyebaran cahaya, penyinaran mendadak, besar kecilnya gerombolan ikan, lama waktu penyinaran, cahaya bulan dan kondisi perairan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap hasil jumlah hasil tangkapan dan keberhasilan dalam operasi penangakapan (Najamuddin, dkk 1994 dalam Sudirman dan Mallawa 2004).
2. Rumpon
Pemanfaatan rumpon memberi fungsi biologis dan fungsi ekonomis. Fungsi biologis rumpon adalah sebagai tempat berlindung ikan terhadap pemangsa, tempat mencari makan, tempat yang aman terhadap arus yang kuat. Sedangkan fungsi ekonomis rumpon antara lain hasil tangkapan dipandang dari komposisi jenis dan ukuran jenis ikan (Puslitbang Perikanan, 1992).
Demikian pula rumpon dalam memanfaatan tingkah laku ikan yang tertarik pada benda-benda yang terapung. Telah diterapkan oleh nelayan dalam bentuk rumpon tradisional, rumpon ini menggunakan teknologi yang sederhana dengan bahan baku yang mudah diperoleh dan murah (Puslitbang Perikanan, 1992).
Rumpon daun kelapa merupakan salah satu jenis alat bantu penangkapan untuk mengumpulkan ikan-ikan permukaan disekitarnya karena daun kelapa yang membusuk dilaut akan mengandung jasad renik atau plankton, yang menjadi makan ikan dan sebagai tempat berlindung (Gunarso,1985).
Gambar 2. Rumpon (Anonim 4, 2011)
2. Teknik Penangkapan
Pada umumnya jaring dipasang dari bagian belakang kapal (buritan) sungguhpun ada juga yang menggunakan samping kapal. Urutan operasi dapat digambarkan sebagai berikut :
a) Pertama-tama haruslah diketemukan gerombolan ikan terlebih dahulu. Ini dapat dilakukan berdasarkan pengalaman-pengalaman, seperti adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan air, ikan-ikan yang melompat di permukaan terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat permukaan (Anonim 3, 2011).
b) Pada operasi malam hari, mengumpulkan/menaikkan ikan ke permukaan laut dilakukan dengan menggunakan cahaya. Biasanya dengan fish finder bisa diketahui depth dari gerombolan ikan, juga besar dan densitasnya. Setelah posisi ini tertentu barulah lampu dinyalakan (ligth intesity) yang digunakan berbeda-beda tergantung pada besarnya kapal, kapasitas sumber cahaya. Juga pada sifat phototaxisnya ikan yang menjadi tujuan penangkapan (Anonim 3, 2011).
c) Setelah kawanan ikan (fishing shoal) diketemukan perlu diketahui pula arah renang (swimming direction), kecepatan renang (swimming speed), kepadatan. hal-hal ini perlu dipertimbangkan lalu diperhitungkan pula arah, kekuatan, kecepatan angin, dan arus, sesudah hal-hal diatas diperhitungkan barulah jaring dipasang. (Anonim 4, 2011).
Penentuan keputusan ini harus dengan cepat, mengingat bahwa ikan yang menjadi tujuan terus dalam keadaan bergerak, baik oleh kehendaknya sendiri maupun akibat dari bunyi-bunyi kapal, jaring yang dijatuhkan dan lain sebagainya. Tidak boleh luput pula dari perhitungan ialah keadaan dasar perairan, dengan dugaan bahwa ikan-ikan yang terkepung berusaha melarikan diri mencari tempat aman (Anonim 4, 2011).
Gambar 3 : Pengoperasian Purse seine (Anonim 5, 2011)
Dalam waktu melingkari gerombolan ikan kapal dijalankan cepat dengan tujuan supaya gerombolan ikan segera terkepung. Setelah selesai mulailah purse seine ditarik yang dengan demikian bagian bawah jaring akan tertutup. Melingkari gerombolan ikan dengan jaring adalah dengan tujuan supaya ikan-ikan jangan dapat melarikan diri dalam arah horisontal. Sedang dengan menarik purse line adalah untuk mencegah ikan-ikan supaya ikan-ikan jangan dapat melarikan diri ke bawah. Antara dua tepi jaring sering tidak dapat tertutup rapat, sehingga memungkinkan menjadi tempat ikan untuk melarikan diri. Untuk mencegah hal ini, dipakailah galah, memukul-mukul permukaan air dan lain sebagainya. Setelah purse seine selesai ditarik, barulah float line serta tubuh jaring dan ikan-ikan yang terkumpul diserok ke atas kapal (Anonim 3, 2011)
III. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian akan dilaksnakan pada bulan November- Desember 2011, di perairan kabupaten Banggai.
Gambar 4 : Peta kabupaten Banggai
B . Alat dan Bahan
1. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan fungsinya
No
|
Nama alat
|
Fungsinya
|
1
|
3 unit purse seine
|
Alat penangkapan ikan
|
2
|
GPS
|
Menentukan lokasi penangkapan
|
3
|
Kamera digital
|
Dokumentasi
|
B. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus, Penelitian ini yaitu dengan cara melihat langsung ke lokasi penelitian dan wawancara dengan nelayan. Dengan tujuan untuk mencari informasi tentang efektivitas efesiensi penggunaan alat bantu penangkapan pada pengoperasian 3 unit purse seine.
D. Metode pengumpulan data
v Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan mengikuti secara aktif operasi penangkapan ikan serta melakukan wawancara dengan nelayan dengan menggunakan 3 unit kapal purse seine.
E. Analisis Data
Analisis data yang digunakan untuk penelitian ini hubungan antara produksi ikan hasil tangkapan dengan peralatan dan sarana penunjangnya di sebut sebagai suatu fungsi produksi linear berganda dengan formula sebagai berikut: berikut :
Y=b0+b1+x1+b2+x2+b3+x3+…+bn+xn+e
Keterangan :
Y = nilai dugaan produksi atau nilai variabel tak bebas
(hasil tangkapan)
bo = peubah pengganggu (intersep)
(merupakan nilai tetap dari fungsi produksi)
bi = koefisien regresi
Xi = faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan purse seine (3 unit purse seine)
X1 = lampu = (jumlah lampu)
X2 = rumpon = (jumlah rumpon)
X3 = Roller = (kekuatan mesin)
X4 = kapal = (kekuatan mesin, ukuran kapal)
n = jumlah variabel
e = kesalahan
untuk dugaan fungsi produksi yang disebabkan oleh keseluruhan faktor produksi (xi), di uji dengan uji f.
1. Pengujian faktor produksi (xi) secara bersama-sama terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F, yaitu :
Ho : bi = 0 ini berarti bahwa antara Y dan Xi tidak ada hubungan
Ha : salah satu bi≠ 0 ini berarti bahwa Y tergantung pada Xi secara bersama-sama
Jika : Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak
Jika : Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima
2. Pengujian pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap produksi dilakukan dengan uji t-student, yaitu :
Ho : bi = 0, ini berarti bahwa antara Y dengan Xi tidak terdapat hubungan
Ha : bi ≠ 0, ini berarti bahwa antara Y dengan Xi terdapat hubungan
Jika : thitung > ttabel, maka Ho ditolak
Jika : thitung <ttabel, maka Ho ditreima
Keterangan :
- Ho ditolak,berarti pada tingkat kepercayaan tertentu terdapat hubungan antara faktor produksi (xi) dengan produksi (Y)
- Ho diterima, berarti pada tingkat kepercayaan tertentu tidak terdapat hubungan antara faktor produksi (xi) dengan produksi (Y).
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 1, 2011. Kondisi Geografis dan Sumberdaya Alam Kabupaten Banggai (online) http://id.wikipedia.org/wiki/download 10 Agustus 2011
Anonim 2, 2011 Potensi Perikanan Di Wilayah Kabupaten Banggai (Online) http://id.wikipedia.org/wiki/download 10 Agustus 2011
Anonim 3, 2011. Purse Seine (Pukat cincin) (online) http://id.wikipedia.org/wiki/download 10 Agustus 2011
Anonim 5, 2011 Perpustakaandinaskelautandanperikanan.Blogspot (online) mengenal jarring-purse seine.html 24 november 2011
Dinas Kelautan dan Perikanan Kaabupaten Luwuk Banggai. 2005. Data Base Potensi Kelautan dan Perikanan Wilayah Pesisir dan Lautan profinsi Sulawesi Tengah.
Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya Dengan Alat Metode dan Teknik Penangkapan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan IPB. Bogor
Hesty, 2011 perbandingan hasil tangkapan bagan tancap berdasarkan waktu hauling pada jarak yang berbeda dari pantai di desa punagaya kab. Jeneponto. Skripsi program studi pemanfaatan sumberdaya perikanan Universitas Hasanuddin makassar 2011
Puslitbang perikanan 1992. Pedoman Teknis Peningkatan Produksi Dan Efesiensi Penangkapan Ikan Pelagis Melalui Penerapan Teknologi Rumpon. Seri pengembangan hasil perikanan no. PHP/KAN/PT/21/
Rahman, A. 2001 Perbandingan Hasil Tangkapan Purse Seine Dengan Menggunakan Alat Bantu Cahaya dan Kombinasi Cahaya Rumpon Di Perairan Kabupaten Barru. Skripsi Progaram Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Univesitas Hasanuddin Makassar
Sismadi, 2006. Analisis Efesiensi Penggunaan Input Alat Tangkap Pur Seine Di Kota Pekalongan. Tesis Program Pascasarjana Universitas Dipenegoro Semarang
Sudirman dan Mallawa 2004 Teknik Penangkapan Ikan. PT. Rineka Cipta. Jakarta
Najamuddin, M. Nessa, M. Palo, Yusran, Metusalach dan A. Assir, 1994. Studi Penggunaan Lampu Neon Dalam Air Dengan Warna Yang Berbeda Pada Perikanan Purse Seine Di Laut Flores, Sulawesi Selatan. Buletin Ilmu Peternakan Dan Perikanan Unhas, Ujung Pandang
Subani, 1972. Alat Dan Cara Penangkpan Ikan Di Indonesia. Jilid I Lembaga Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.
Subani, 1983. Penggunaan Lampu Sebagai Alat Bantu Penagnkapan Ikan laporan penelitian perikanan laut no. 27. Balai penelitian perikanan laut. Departemen pertanian. Jakarta
The titanium pipes - Titsanium Art
BalasHapusThe tithon nano titanium ionic straightening iron pipes are used titanium dive knife for raw titanium the grinding and grinding of the wood. It is made titanium melting point in small batches, and is used for the grinding of metals apple watch aluminum vs titanium for