{'background:#000000 url(http://petir-project.googlecode.com/files/zuaz-petir.gif) no-repeat center fixed;

Rabu, 22 Mei 2013

PANCING ULUR

Definisi dan Klasifikasi
Pancing ulur merupakan suatu alat penangkap ikan yang terdiri dari seutas tali dengan mata pancing berbentuk seperti jangkar. Pada mata pancing diikatkan umpan. Berdasarkan klasifikasi DKP tahun 2008, pancing ulur termasuk dalam klasifikasi alat tangkap hook and line.
Konstruksi Alat Penangkapan Ikan
Konstruksi pancing ulur termasuk konstruksi yang sederhana, karena pancing ulur hanya berupa tali pancing dan kail (mata pancing). Secara keseluruhan, bagian-bagiannya terdiri atas penggulung, tali utama yang terbuat dari polyamide (PA) monofilament nylon No. 80, sebuah kili-kili, tali cabang yang terbuat dari polyamide (PA) monofilament nylon No. 70, kail No. 18 dan pemberat timah seberat 400 g. Jumlah pancing yang digunakan untuk setiap tali cabang tidak terbatas. Panjang tali pancing secara keseluruhan sangat ditentukan oleh kedalaman perairan tempat pancing ulur dioperasikan. Biasanya berkisar antara 9-25 m. Mata pancing umumnya dibuat dari kawat baja, kuningan, atau bahan lain yang tahan karat. Pada ujung mata pancing umumnya berkait balik, walaupun ada beberapa jenis yang tidak berkait balik. Ukuran mata pancing tergantung pada ukuran ikan target penangkapan (Subani dan Barus, 1989).
Kelengkapan dalam Unit Penangkapan Ikan
<Kapal
Alat tangkap pancing ulur menggunakan kapal hanya sebatas alat transportasi, penggunaan pancing ulur tidak harus selalu dilengkapi dengan kapal. Selain kapal pemancingan dapat dilakukan dengan rakit rumpon (Admin 2010).
Nelayan
Nelayan pancing ulur umumnya merupakan nelayan sederhana yang bersifat turun temurun. Kegiatan memancing dengan pancing ulur merupakan kegiatan tradisi, hal ini membuat para nelayan pancing ulur sulit menerima perubahan dan pembaharuan alat tangkap (Wagiu 2009).
Alat Bantu
Pengoperasian pancing ulur dapat menggunakan alat bantu seperti rumpon yang berfungsi menarik dan mengumpulkan ikan pada satu titik, sehingga mempermudah proses penangkapan (Rahmat 2007).
Umpan
Pemancingan akan berhasil bila menggunakan umpan sungguhan, baik berupa potongan ikan, ikan kecil, cumi-cumi, atau udang. Namun, kadang-kadang ada juga yang menggunakan umpan tiruan dari bulu ayam atau tali rafia. Umpan hidup bisa berupa ikan kembung, layang, cumi-cumi, atau udang (Admin 2010).
Metode Pengoperasian Alat
Pemancingan dilakukan dengan mengaitkan umpan berupa umpan hidup ataupun umpan palsu pada mata pancing, mata pancing dan umpan diamsukkan dalam air hingga kedalaman tertentu. Tali pancing ditarik perlahan agar umpan terlihat bergerak dan menarik perhatian ikan. Ketika ikan menangkap umpan dan terkait pada mata pancing, tali ditarik hingga ikan tangkapan terangkat dari air (Rahmat 2007).
Daerah pengoperasian
Pancing ulur dapat dioperasikan pada perairan laut maupun tawar, di tengah perairan atau di sisi perairan. Kedalaman pengoperasian pancing ulur tergantung pada ikan target dan panjang tali pancing (Admin 2010). Pengoperasian pancing ulur dapat dilakukan baik pada siang hari ataupun malam hari.
Hasil tangkapan
Pancing ulur dapat menangkap ikan-ikan baik berukuran kecil hingga berukuran besar, ikan hasil tangkapan yang umum antara lain ikan madidihang (Thunnus albacores), cakalang, tuna mata besar, ikan layaran, dan ikan pelagis lainnya (Rahmat 2007). Hasil tangkapan pancing ulur dengan menggunakan umpan didominasi oleh ikan kembung perempuan (Rastrelliger brachysoma). Jenis-jenis ikan tangkapan lainnya adalah ikan layang (Decapterus sp.), kurisi (Nemipterus nematophorus), kuniran (Upeneus sulphureus), cendro (Tylosurus erocodilus), kuwe (Caranx sexfaciatus), slongsong (Scomber sp.), barracuda (Sphyraena genie), tenggiri (Scomberomorus sp.), talang (Chorinemus tala), selar kuning (Selaroides leptolepis), daun bambu (Chorinemus tol), dan tembang (Sardinela fimbriata). Adapun hasil tangkapan pancing ulur tanpa umpan, menurut Kayadoe (1983),  terdiri atas gorara (Lutjanus spp.), kwee macan (Gnathanodon speciosus), mata besar (Priacanthus tayenus), tenggiri (Scomberomorus commerson), lasi (chorinemus sanctipetri), biji nangka (Upeneus vittatus), alu-alu (Sphyraena picuda), peperek (Leiognathus spp.), selar kuning (Selaroides leptolepis), kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta), kacang-kacang (Hemirhamphus unifasciatus), dan kepala busuk (Saurida gracilis).
Daftar Pustaka         
Admin. 2010. Memancing: Cara memancing lapisan tengah. [terhubung berkala]            http://www.pulauseribu.net/modules/news/article.php?storyid=1608                        (8 Oktober 2011)
[Dinas Kelautan dan Perikanan]. 2008. Perangkap Bubu.      http://pipp.dkp.go.id/pipp2/alat_tangkap.html?idkat_api=8&idapi=2            7.         (8 Oktober 2011)
Rahmat E. 2007. Penggunaan pancing ulur untuk menangkap ikan pelagis besar.    LIPI Jurnal. Balai Riset Perikanan Laut: Jakarta.
Wagiu M. 2009. Investasi terbatas bagi nelayan pancing ulur di Malalayang I         Manado. Pacific Jurnal. Vol. 1(4) : 546-550.

sumber : http://itaapriani.blogspot.com/2012/05/bagan-tancap.html

Selasa, 21 Mei 2013

ALAT BANTU PADA PENANGKAPAN IKAN 2

Mesin
Mesin yang digunakan untuk menggerakan kapal penangkapan. Mesin ini juga menentukan berapa besar kapal yang digunakan untuk menangkap ikan, satuannya adalah GT. Kita mengenal dua jenis mesin yaitu mesin untuk menggerakan kapal dan mesin untuk mengoperasikan alat.

Palka
merupakan tempat untuk menyimpan ikan hasil tangkapan. Ukurannya bermacam macam, tergantung dari kebutuhan dan besarnya kapal. Bahan dasarnya ada yang dari kayu,
yang ada juga yang dari fiber.
es batu
Es diperlukan untuk mengawetkan ikan hasil tangkapan. Ada yang berbentuk balokan ada juga yang berbentuk curah.

Garam
yang digunakan adalah garam kasar. Ada yang menyebutnya garam ikan ada juga yang menyebutnya garam pindang, namun garam ini jarang digunakan karena akan merubah tekstur dan rasa dari ikan.

Pelampung
Pelampung yang sering kita temukan dikapal penangkapan ada dua macam, yaitu pelampung untuk jaring tangkap dapat juga untuk tanda awal penebaran jaring ; yang kedua pelampung untuk penumpang/ nelayan. Pelampung untuk penumpang/nelayan ada yang berbentuk bulat seperti ban mobil, lonjong seperti botol, kotak kotak dan ada juga yang model rompi.

Pemberat
Pemberat diperlukan untuk untuk menenggelamkan alat penangkapan seperti pancing dan jaring, ada juga yang digunakan untuk menancapkan jangkar. Bahan pemberat hampir seluruhnya terbuat dari bahan logam namun ada juga yang terbuat dari semen/batu.

umpan
umpan yang dipasang dialat penangkapan gunanya untuk menarik ikan agar datang mendekati alat dengan kata lain umpan merupakan jebakan bagi ikan, Jumlah umpan yang dibutuhkan tergantung kebutuhan, jenis alat tangkap dan jenis ikan yang ditangkap. Ada umpan buatan, ada umpan hidup dan ada juga umpan palsu.


Cahaya
Dilihat dari sumbernya cahaya ada dua, yang berasal dari listrik/batere atau yang langsung dari matahari. Ikan tertarik pada cahaya melalui penglihatan (matanya) dan rangsangan melalui otak (Lineal region pada otak). Dengan demikian ikan yang tertarik pada
cahaya hanya ikan-ikan fototaxis yaitu ikan jenis pelagis dan sedikit ikan demersal dan sebaliknya ikan yang tidak menyenangi cahaya disebut ikan fotophobi.

Ada beberapa alasan mengapa ikan tertarik pada cahaya, diantaranya :

Penyesuaian intensitas cahaya dengan kemampuan mata ikan untuk tertarik pada satu sumber cahaya. Ada ikan yang tertarik pada intensitas cahaya yang rendah, ada yang tertarik pada intensitas yang, tinggi dan ada juga yang menyukai intensitas tinggi dan rendah. Ikan mempunyai kemampuan melihat cahaya dalam kegelapan.

sumber : Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat, 2008

ALAT BANTU PENANGKAPAN IKAN

Alat Bantu Penangkapan Ikan, yang selanjutnya disebut ABPI, adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan ikan dalam kegiatan penangkapan ikan.

Alat Bantu Penangkapan Ikan terdiri dari:
a.rumpon; dan
b.lampu;

(1)Rumpon  merupakan alat bantu untuk mengumpulkan ikan dengan menggunakan berbagai bentuk dan jenis pemikat/atraktor dari benda padat yang berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul.

(2)Rumpon  terdiri dari:

a.rumpon hanyut, merupakan rumpon yang ditempatkan tidak menetap, tidak dilengkapi dengan jangkar dan hanyut mengikuti arah arus; dan

b.rumpon menetap, merupakan rumpon yang ditempatkan secara menetap dengan menggunakan jangkar dan/atau pemberat, terdiri dari:

1)rumpon permukaan, merupakan rumpon menetap yang dilengkapi atraktor yang ditempatkan di kolom permukaan perairan untuk mengumpulkan ikan pelagis; dan

2)rumpon dasar, merupakan rumpon menetap yang dilengkapi atraktor yang ditempatkan di dasar perairan untuk mengumpulkan ikan demersal.

(1)Lampu merupakan alat bantu untuk mengumpulkan ikan dengan menggunakan pemikat/atraktor berupa lampu atau cahaya yang berfungsi untuk memikat ikan agar berkumpul.

(2)Lampu  terdiri dari:

a.lampu listrik; dan
b.lampu nonlistrik.

Sumber : http://mukhtar-api.blogspot.com/2013/02/alat-bantu-penangkapan-ikan.html

Minggu, 28 April 2013

ALAT TANGKAP CANTRANG

Definisi Alat Tangkap Cantrang : George et al, (1953) dalam Subani dan Barus (1989). Alat tangkap cantrang dalam pengertian umum digolongkan pada kelompok Danish Seine yang terdapat di Eropa dan beberapa di Amerika. Dilihat dari bentuknya alat tangkap tersebut menyerupai payang tetapi ukurannya lebih kecil.

Cantrang merupakan alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan demersal yang dilengkapi dua tali penarik yang cukup panjang yang dikaitkan pada ujung sayap jaring. Bagian utama dari alat tangkap ini terdiri dari kantong, badan, sayap atau kaki, mulut jaring, tali penarik (warp), pelampung dam pemberat.
Sejarah Alat tangkap Cantrang
Danish seine merupakan salah satu jenis alat tangkap dengan metode penangkapannya tanpa menggunakan otterboards, jaring dapat ditarik menyusuri dasar laut dengan menggunakan satu kapal. Pada saat penarikan kapal dapat ditambat (Anchor Seining) atau tanpa ditambat (Fly Dragging). Pada anchor seining,
para awak kapal akan merasa lebih nyaman pada waktu bekerja di dek dibandingkan Fly dragging. Kelebihan fly dragging adalah alat ini akan memerlukan sedikit waktu untuk pindah ke fishing ground lain dibandingkan Anchor seining (Dickson, 1959).
Setelah perang dunia pertama, anchor seining dipakai nelayan Inggris yang sebelumnya menggunakan alat tangkap Trawl. Dari tahun 1930 para nelayan Skotlandia dengan kapal yang berkekuatan lebih besar dan lebih berpengalaman menyingkat waktu dan masalah pada anchor seining pada setiap penarikan alat dengan mengembangkan modifikasi operasi dengan istilah Fly Dragging atau Scotish Seining. Pada Fly Dragging kapal tetap berjalan selagi penarikan jaring dilakukan.
Dilihat dari bentuknya alat tangkap cantrang menterupai payang tetapi ukurannya lebih kecil. Dilihat dari fungsi dan hasil tangkapannya cantrang menyerupai trawl, yaitu untuk menangkap sumberdaya perikanan demersal terutama ikan dan udang.
Dibanding trawl, cantrang mempunyai bentuk yang lebih sederhana dan pada waktu penankapannya hanya menggunakan perahu motor ukuran kecil. Ditinjau dari keaktifan alat yang hampir sama dengan trawl maka cantrang adalah alat tangkap yang lebih memungkinkan untuk menggantikan trawl sebagai sarana untuk memanfaatkan sumberdaya perikanan demersal. Di Indonesia cantrang banyak digunakan oleh nelayan pantai utara Jawa Timur dan Jawa Tengah terutama bagian utara (Subani dan Barus, 1989)

Prospektif Alat Tangkap Cantrang
Setelah dikeluarkannya KEPRES tentang pelarangan penggunaan alat tangkap Trawl di Indonesia tahun 1980, maka cantrang banyak dipilih nelayan untuk menangkap ikan demersal, karena dilihat dari fungsi dan hasil tangkapannya cantrang ini hampir memiliki kesamaan dengan jaring trawl.

B. KONSTRUKSI ALAT TANGKAP CANTRANG
Konstruksi Umum
Dari segi bentuk (konstruksi) cantrang ini terdiri dari bagian-bagian :
Kantong (Cod End)
Kantong merupakan bagaian dari jarring yang merupakan tempat terkumpulnya hasil tangkapan. Pada ujung kantong diikat dengan tali untuk menjaga agar hasil tangkapan tidak mudah lolos (terlepas).
Badan (Body)
Merupakan bagian terbesar dari jaring, terletak antara sayap dan kantong. Bagian ini berfungsi untuk menghubungkan bagian sayap dan kantong untuk menampung jenis ikan-ikan dasar dan udang sebelum masuk ke dalam kantong. Badan tediri atas bagian-bagian kecil yang ukuran mata jaringnya berbeda-beda.
Sayap (Wing).
Sayap atau kaki adalah bagian jaring yang merupakan sambungan atau perpanjangan badan sampai tali salambar. Fungsi sayap adalah untuk menghadang dan mengarahkan ikan supaya masuk ke dalam kantong.
Mulut (Mouth)
Alat cantrang memiliki bibir atas dan bibir bawah yang berkedudukan sama. Pada mulut jaring terdapat:
Pelampung (float): tujuan umum penggunan pelampung adalah untuk memberikan daya apung pada alat tangkap cantrang yang dipasang pada bagian tali ris atas (bibir atas jaring) sehingga mulut jaring dapat terbuka.
Pemberat (Sinker): dipasang pada tali ris bagian bawah dengan tujuan agar bagian-bagian yang dipasangi pemberat ini cepat tenggelam dan tetap berada pada posisinya (dasar perairan) walaupun mendapat pengaruh dari arus.
Tali Ris Atas (Head Rope) : berfungsi sebagai tempat mengikatkan bagian sayap jaring, badan jaring (bagian bibir atas) dan pelampung.
Tali Ris Bawah (Ground Rope) : berfungsi sebagai tempat mengikatkan bagian sayap jaring, bagian badan jaring (bagian bibir bawah) jaring dan pemberat.
Tali Penarik (Warp) :Berfungsi untuk menarik jarring selama di operasikan.
Karakteristik
Menurut George et al, (1953) dalam Subani dan Barus (1989). Dilihat dari bentuknya alat tangkap cantrang menyerupai payang tetapi ukurannya lebih kecil. Dilihat dari fungsi dan hasil tangkapan cantrang menyerupai trawl yaitu untuk menangkap sumberdaya perikanan demersal terutama ikan dan udang, tetapi bentuknya lebih sederhana dan pada waktu penangkapannya hanya menggunakan perahu layar atau kapal motor kecil sampai sedang. Kemudian bagian bibir atas dan bibir bawah pada Cantrang berukuran sama panjang atau kurang lebih demikian. Panjang jarring mulai dari ujung belakang kantong sampai pada ujung kaki sekitar 8-12 m.
Bahan Dan Spesifikasinya
a.    Kantong : Bahan terbuat dari polyethylene. Ukuran mata jaring pada bagian kantong 1 inchi.
b.    badan : Terbuat dari polyethylene dan ukuran mata jaring minimum 1,5 inchi.
c.    Sayap : Sayap terbuat dari polyethylene dengan ukuran mata jaring sebesar 5 inchi.
d.    Pemberat : Bahan pemberat terbuat dari timah atau bahan lain.
e.    Tali ris atas : Terbuat dari tali dengan bahan polyethylene.
f.    Tali ris bawah : Terbuat dari tali dengan bahan polyethylene.
g.    Tali penarik : Terbuat dari tali dengan bahan polyethylene dengan diameter 1 inchi.
HASIL TANGKAPAN
Hasil tangkapan dengan jaring Cantrang pada dasarnya yang tertangkap adalah jenis ikan dasar (demersal) dan udand seperti ikan petek, biji nangka, gulamah, kerapu, sebelah, pari, cucut, gurita, bloso dan macam-macam udang (Subani dan Barus, 1989).
DAERAH PENANGKAPAN
langkah awal dalam pengperasian alat tangkap ini adalah mencari daerah penangkapan (Fishing Ground). Menurut Damanhuri (1980), suatau perairan dikatakan sebagai daerah penangkapan ikan yang baik apabila memenuhi persyaratan dibawah ini:
Di daerah tersebut terdapat ikan yang melimpah sepanjang tahun.
Alat tangkap dapat dioperasikan denagn mudah dan sempurna.
Lokasi tidak jauh dari pelabuhan sehingga mudah dijangkau oleh perahu.
Keadaan daerahnya aman, tidak biasa dilalui angin kencang dan bukan daerah badai yang membahayakan.
Penentuan daerah penangkapan dengan alat tangkap Cantrang hampir sama dengan Bottom Trawl. Menurut Ayodhyoa (1975), syarat-syarat Fishing Ground bagi bottom trawl antara lain adalah sebagai berikut:
Karena jaring ditarik pada dasar laut, maka perlu jika dasar laut tersebut terdiri dari pasir ataupun Lumpur, tidak berbatu karang, tidak terdapat benda-benda yang mungkin akan menyangkut ketika jaring ditarik, misalnya kapal yang tengelam, bekas-bekas tiang dan sebagainya.
Dasar perairan mendatar, tidak terdapat perbedaan depth yang sangat menyolok.
Perairan mempunyai daya produktivitas yang besar serta resources yang melimpah.

ALAT BANTU PENANGKAPAN
Alat bantu penangkapan cantrang adalah GARDEN. (Mohammad et al. 1997) dengan alat bantu garden untuk menarik warp memungkinkan penarikan jaring lebih cepat. Penggunaan garden tersebut dimaksudkan agar pekerjaan anak buah kapal (ABK) lebih ringan, disamping lebih banyak ikan yang terjaring sebagai hasil tangkapan dapat lebih ditingkatkan.
Gardanisasi alat tangkap cantrang telah membuka peluang baru bagi perkembangan penangkapan ikan, yaitu dengan pemakaian mesin kapal dan ukuran jaring yang lebih besar untuk di operasikan di perairan yang lebih luas dan lebih dalam.
TEKNIK OPERASI (SETTING dan HOULING)
Persiapan
Operasi penangkapan dilakukan pagi hari setelah keadaan terang. Setelah ditentukan fishing ground nelayan mulai mempersiapkan operasi penangkapan dengan meneliti bagian-bagian alat tangkap, mengikat tali selambar dengan sayap jaring.
Setting
Sebelum dilakukan penebaran jaring terlebih dahulu diperhatikan terlebih dahulu arah mata angin dan arus. Kedua faktor ini perlu diperhatikan karena arah angin akan mempengaruhi pergerakan kapal, sedang arus akan mempengaruhi pergerakan ikan dan alat tangkap. Ikan biasanya akan bergerak melawan arah arus sehingga mulut jaring harus menentang pergerakan dari ikan.
Untuk mendapatkan luas area sebesar mungkin maka dalam melakukan penebaran jaring dengan membentuk lingkaran dan jaring ditebar dari lambung kapal, dimulai dengan penurunan pelampung tanda yang berfungsi untuk memudahkan pengambilan tali selambar pada saat akan dilakukan hauling. Setelah pelampung tanda diturunkan kemudian tali salambar kanan diturunkan → sayap sebelah kanan → badan sebelah kanan → kantong → badan sebelah kiri → sayap sebelah kiri → salah satu ujung tali salambar kiri yang tidak terikat dengan sayap dililitkan pada gardan sebelah kiri. Pada saat melakukan setting kapal bergerak melingkar menuju pelampung tanda.
Hauling
Setelah proses setting selesai, terlebih dahulu jarring dibiarkan selam ± 10 menit untuk memberi kesempatan tali salambar mencapai dasar perairan. Kapal pada saat hauling tetap berjalan dengan kecepatan lambat. Hal ini dilakukan agar pada saat penarikan jaring, kapal tidak bergerak mundur karena berat jaring. Penarikan alat tangkap dibantu dengan alat gardan sehingga akan lebih menghemat tenaga, selain itu keseimbangan antara badan kapal sebelah kanan dan kiri kapal lebih terjamin karena kecepatan penarikan tali salambar sama dan pada waktu yang bersamaan. Dengan adanya penarikan ini maka kedua tali penarik dan sayap akan bergerak saling mendekat dan mengejutkan ikan serta menggiringnya masuk kedalam kantong jaring.Setelah diperkirakan tali salambar telah mencapai dasar perairan maka secepat mungkin dilakukan hauling. Pertama-tama pelampung tanda dinaikkan ke atas kapal → tali salambar sebelah kanan yang telah ditarik ujungnya dililitkan pada gardan sebelah kanan → mesin gardan mulai dinyalakan bersamaan dengan mesin pendorong utama hingga kapal bergerak berlahan-lahan → jaring mulai ditarik → tali salambar digulung dengan baik saat setelah naik keatas kapal → sayap jaring naik keatas kapal → mesin gardan dimatikan → bagian jaring sebelah kiri dipindahkan kesebelah kanan kapal → jaring ditarik keatas kapal → badan jaring → kantong yang berisi hasil tangkapan dinaikkan keatas kapal. Dengan dinaikkannya hasil tangkapan maka proses hauling selesai dilakukan dan jaring kembali ditata seperti keadaan semula, sehingga pada saat melakukan setting selanjutnya tidak mengalami kesulitan.

HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN PENANGKAPAN
Kecepatan dalam menarik jaring pada waktu operasi penangkapan.
Arus : Arus akan mempengaruhi pergerakan ikan dan alat tangkap. Ikan biasanya akan bergerak melawan arah arus sehingga mulut jaring harus menentang pergerakan dari ikan.
Arah angin
Arah angin akan mempengaruhi pergerakan kapal pada saat operasi penangkapan dilakukan.

PURSE SEINE

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang  
            Wilayah perairan laut Indonesia memiliki kandungan sumberdaya alam khususnya sumberdaya hayati (ikan) yang berlimpah dan beraneka ragam. salah satu wilayah yang mempunyai sumberdaya hayati (ikan) yaitu luwuk kabupaten banggai. Secara geografis luwuk  terletak pada posisi 0° 30'-02° 20' LS dan 122° 10' - 124° 20' BT. dengan batas wilayah sebelah utara Teluk Tomini, sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Poso, sebelah selatan berbatasan dengan Teluk Tolo dan sebelah timur berbatasan dengan laut  Banda (Anonim 1, 2011).
Purse seine merupakan alat penangkapan yang penting baik untuk perikanan pantai maupun perikanan lepas pantai dengan tujuan penangkapan adalah ikan-ikan pelagic shoaling spesies yang tingkah lakunya antara lain membentuk shoal (gerombolan), dan berada dekat dengan permukaan air (sea surface), (Ayodhyoa, 1976 dalam Sudirman dan Mallawa 2004). Purse seine merupakan salah satu alat tangkap yang  digunakan  oleh nelayan di kabupaten Banggai. Pada umumnya alat tangkap purse seine ini mempunyai beberapa alat bantu yang  digunakan dalam operasi penangkapan yang betujuan untuk  memudahkannya pengoperasian alat tangkap utama seperti lampu, rumpon, roller, serok dan lain-lain (Anonim 3, 2010).
Salah satu andalan kabupaten Banggai adalah sektor perikanan namun pemanfaatannya belum optimal. Potensi perikanan di wilayah kabupaten Banggai cukup besar terutama pada sektor perikanan laut. Potensi lestari sumber daya ikan kabupaten Banggai adalah sebesar 48.627,1 ton/tahun yang terdiri dari ikan pelagis 39.387,9 ton/tahun dan ikan demersal 9.239,2 ton/tahun.
Pemanfaatannya per tahun hanya 28,7% atau 13.922,9 ton/tahun sektor perikanan laut menggunakan alat penangkap ikan yang sederhana dan tradisional antara lain jaring insang, bubu,pancing dan purse seine (DKP Kabupaten Banggai, 2005).
Tingkat pemanfaatan yang belum optimal ini disebabkan karena masih rendahnya produktifitas usaha penangkapan seperti : keterbatasan modal, alat tangkap yang relative masih sederhana armada, penangkapan yang digunakan relatif kecil dan penguasaan teknologi yang masih rendah ketrampilan nelayan yang masih rendah (Anonim 2, 2011)
Sehubungan dengan belum optimalnya usaha perikanan  purse seine  dalam pemanfaatan sumberdaya ikan pelagis kecill di wilayah kabupaten Banggai yang disebabkan oleh kurangnya teknologi alat tangkap  purse seine dan sampai saat ini belum ada kajian mengenai hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang  studi penggunaan teknologi alat bantu penangkapan pada pengoperasian purse seine di perairan kabupaten Banggai (Anonim 2, 2011).

B. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.   Mengidentifikasi  alat bantu penangkapan pada purse seine
2.   Mengetahui produktifitas purse seine yang menggunakan alat bantu penangkapan
3.   Mengetahui komposisi jenis hasil tangkapan
Kegunaan dari penelitian ini adalah dapat menjadi bahan informasi  mengenai alat bantu penangkapan pada pengoperasian purse seine di perairan kabupaten  Banggai

 II. TINJAUAN PUSTAKA
A.   Deskripsi alat tangkap
Purse seine disebut juga pukat cincin karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin dan tali kolor. Fungsi cincin dan tali kerut/tali kolor ini penting terutama pada waktu pengoperasian jaring. Sebab dengan adanya tali kerut tersebut jaring yang tadinya tidak berkantong akan terbentuk pada tiap akhir penangkapan (Anonim 3, 2011).
Prinsip menangkap ikan dengan purse seine adalah dengan melingkari suatu gerombolan ikan dengan jaring, setelah itu jaring bagian bawah dikerucutkan, dengan demikian ikan-ikan terkumpul di bagian kantong. Dengan kata lain dengan memperkecil ruang lingkup gerak ikan. Ikan-ikan tidak dapat melarikan diri dan akhirnya tertangkap. Fungsi mata jaring dan jaring adalah sebagai dinding penghadang, dan bukan sebagai pengerat ikan (Ayodhyoa, 1976 dalam Sudirman, dan Mallawa 2004).                                                        
Ukuran mata jaring merupakan faktor penting yang harus diperhatikan pada jaring pusre seine, karena berhubungan langsung dengan ukuran ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan dan banyaknya ikan yang tertangkap. Pemilihan ukuran mata jaring yang terlampau kecil menyebabkan sinking speed akan menurun, tetapi ukuran mata jaring yang terlampau besar akan mengakibatkan tangkapan banyak yang lolos atau terjerat (Sudirman dan Mallawa, 2004).
            Pada umumnya dalam pengoperasian purse seine dikenal dengan menggunakan alat bantu cahaya lampu (light fishing) dan  menggunakan rumpon. Untuk menangkap pada malam hari, biasanya menggunakan lampu petromaks untuk mengumpulkan kawanan ikan dibantu dengan perahu penganak (perahu lampu). Cara penangkapan dilakukan dengan mengelilingkan jaring pada perahu lampu. Pada akhir penyelesaiannya perahu lampu dikeluarkan dari lingkaran jaring kemudian ikan-ikan yang telah terkurung dinaikan keatas perahu (Subani, 1972 dalam Sudirman dan Mallawa 2004).
B.   Profil Kapal Purse Seine
Selain pengalaman, tingkat penguasaan teknologi yang digunakan dalam kapal purse seine diharapkan dapat meningkatkan hasil produksi yang dihasilkan. Mayoritas kapal purse seine saat ini sudah dilengkapi dengan teknologi tertentu untuk membantu nahkoda dalam membaca navigasi dan mengetahui keberadaan ikan. Dari semua teknologi yang digunakan, ada 2 alat bantu teknologi yang berperan sangat vital dalam proses penangkapan ikan yaitu rumpon dan lampu cahaya. Untuk mengoperasikan purse seine harus dibantu dengan menggunakan rumpon dan cahaya, yang berfungsi untuk mengumpulkan ikan-ikan pada area penangkapan di sekitar jaring yang telah dipasang. Karena karakteristik dari ikan pelagis adalah bergerombol pada daerah yang bercahaya (terang) maka fungsi lampu cahaya disini sangat membantu sekali, selain itu rumpon yang berfungsi sebagai umpan dimaksudkan agar ikan mengikuti rumpon tersebut sampai di area penangkapan (Sismadi, 2006).
C.   Alat Bantu Penangkapan
1. Lampu (light fishing)
            Penggunaan lampu untuk penangkapan di Indonesia telah berkembang Dengan baik, sehingga ditempat-tempat dimana terdapat kegiatan perikanan hampir dipastikan mengunakan lampu, khususnya alat-alat tangkap yang dioperasikan pada malam hari pemanfaatan lampu tersebut dimasudkan untuk merangsang dan menarik pada suatu daerah tertentu kemudian dilakukan penangkapan (Subani, 1972 dalam Sudriman dan Mallawa 2004).
            Prinsip penangkapan ikan dengan light fishing adalah menyalurkan keinginan ikan sesuai dengan nalurinya yaitu menyukai cahaya. Dengan demikian, ikan yang datang di sekitar lampu tersebut merupakan pemanfaatan dari behavior ikan tersebut.
            Ayodhyoa, (1976) dalam Sudirman dan Mallawa (2004) mengatakan bahwa peristiwa tertariknya ikan di bawah cahaya dapat di bagi atas dua macam
1. Peristiwa berlangsung, yaitu tertarik oleh cahaya lalu berkumpul. Ini tentu      berhubungan langsung dengan peristiwa fototaxis seperti tersebut diatas seperti jenis-jenis sardinella, kembung, dan layang.
2. Peristiwa tak langsung, yaitu karena adanya cahaya maka plankton, ikan-ikan kecil dan sebgainya berkumpul, dengan tujuan feeding beberapa jenis ikan yang termasuk dalam kategori ini seperti ikan tenggiri, cendro, dan lain-lain.

(a)                                                                                                             (a)                                                 (b)

                   Gambar 1: Alat bantu cahaya yang digunakan purse seine
                                    a. Lampu Petromaks dan b. Lampu Merkuri  (Hesty, 2011)

            Cahaya hanyalah merupakan alat bantu penangkapan ikan yang berfungsi untuk mengumpulkan ikan dalam satu area penangkapan (catchable area). Ikan tertarik pada cahaya melalui penglihatan (mata) dan rangasangan melalui otak.  Peristiwa tertarikanya ikan pada cahaya disebut fototaxis (Rahman, 2001). Dengan demikian ikan yang tertarik pada cahaya hanyalah ikan-ikan fototaxis, yang umumnyaa adalah ikan-ikan pelagis dan sebagian kecil ikan demersal,sedangakan ikan-ikan yang tidak tertarik pada cahaya atau menjauhi cahaya biasanya disebut fotophobi yang sering dikatakan dengan fototaxis negative (Gunarso, 1985).
            Cahaya lampu, intensitas, warna lampu, cuaca, penyebaran cahaya, penyinaran mendadak, besar kecilnya gerombolan ikan, lama waktu penyinaran, cahaya bulan dan kondisi perairan merupakan faktor-faktor  yang mempengaruhi terhadap hasil jumlah hasil tangkapan dan keberhasilan dalam operasi penangakapan (Najamuddin, dkk 1994 dalam Sudirman dan Mallawa 2004).
2.   Rumpon
            Pemanfaatan rumpon memberi fungsi biologis dan fungsi ekonomis. Fungsi biologis rumpon adalah sebagai tempat berlindung ikan terhadap pemangsa, tempat mencari makan, tempat yang aman terhadap arus yang kuat. Sedangkan fungsi ekonomis rumpon antara lain hasil tangkapan dipandang dari komposisi jenis dan ukuran  jenis ikan (Puslitbang Perikanan, 1992).
            Demikian pula  rumpon dalam memanfaatan tingkah laku ikan yang tertarik pada benda-benda yang terapung. Telah diterapkan oleh nelayan dalam bentuk rumpon tradisional, rumpon ini menggunakan teknologi yang sederhana dengan bahan baku yang mudah diperoleh dan murah (Puslitbang Perikanan, 1992).
            Rumpon daun kelapa merupakan salah satu jenis alat bantu penangkapan untuk mengumpulkan ikan-ikan permukaan disekitarnya karena daun kelapa yang membusuk dilaut akan mengandung jasad renik atau plankton, yang menjadi makan ikan dan sebagai tempat berlindung (Gunarso,1985).


Gambar 2. Rumpon (Anonim 4, 2011)
2.            Teknik Penangkapan
                Pada umumnya jaring dipasang dari bagian belakang kapal (buritan) sungguhpun ada juga yang menggunakan samping kapal. Urutan operasi dapat digambarkan sebagai berikut :
a) Pertama-tama haruslah diketemukan gerombolan ikan terlebih dahulu. Ini dapat dilakukan berdasarkan pengalaman-pengalaman, seperti adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan air, ikan-ikan yang melompat di permukaan terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat permukaan (Anonim 3, 2011).
b)         Pada operasi malam hari, mengumpulkan/menaikkan ikan ke permukaan laut dilakukan dengan menggunakan cahaya. Biasanya dengan fish finder bisa diketahui depth dari gerombolan ikan, juga besar dan densitasnya. Setelah posisi ini tertentu barulah lampu dinyalakan (ligth intesity) yang digunakan berbeda-beda tergantung pada besarnya kapal, kapasitas sumber cahaya. Juga pada sifat phototaxisnya ikan yang menjadi tujuan penangkapan (Anonim 3, 2011).
c) Setelah kawanan ikan (fishing shoal) diketemukan perlu diketahui pula arah renang (swimming direction), kecepatan renang (swimming speed), kepadatan. hal-hal ini perlu dipertimbangkan lalu diperhitungkan pula arah, kekuatan, kecepatan angin, dan arus, sesudah hal-hal diatas diperhitungkan barulah jaring dipasang. (Anonim 4, 2011).
          Penentuan keputusan ini harus dengan cepat, mengingat bahwa ikan yang menjadi tujuan terus dalam keadaan bergerak, baik oleh kehendaknya sendiri maupun akibat dari bunyi-bunyi kapal, jaring yang dijatuhkan dan lain sebagainya. Tidak boleh luput pula dari perhitungan ialah keadaan dasar perairan, dengan dugaan bahwa ikan-ikan yang terkepung berusaha melarikan diri mencari tempat aman (Anonim 4, 2011).
          Gambar 3 : Pengoperasian Purse seine (Anonim 5, 2011)
                 Dalam waktu melingkari gerombolan ikan kapal dijalankan cepat dengan tujuan supaya gerombolan ikan segera terkepung. Setelah selesai mulailah purse seine ditarik yang dengan demikian bagian bawah jaring akan tertutup. Melingkari gerombolan ikan dengan jaring adalah dengan tujuan supaya ikan-ikan jangan dapat melarikan diri dalam arah horisontal. Sedang dengan menarik purse line adalah untuk mencegah ikan-ikan supaya ikan-ikan jangan dapat melarikan diri ke bawah. Antara dua tepi jaring sering tidak dapat tertutup rapat, sehingga memungkinkan menjadi tempat ikan untuk melarikan diri. Untuk mencegah hal ini, dipakailah galah, memukul-mukul permukaan air dan lain sebagainya. Setelah purse seine selesai ditarik, barulah float line serta tubuh jaring dan ikan-ikan yang terkumpul diserok ke atas kapal (Anonim 3,  2011) 

III. METODOLOGI PENELITIAN

A.  Waktu dan Tempat
            Penelitian akan  dilaksnakan pada bulan November- Desember  2011, di perairan kabupaten Banggai.
Gambar 4 : Peta kabupaten Banggai



B . Alat dan Bahan
1.    Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Alat dan fungsinya
No
Nama alat
Fungsinya
1
3 unit purse seine
Alat penangkapan ikan
2
GPS
Menentukan lokasi penangkapan
3
Kamera digital
Dokumentasi

B.  Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus, Penelitian ini yaitu dengan cara melihat langsung ke lokasi penelitian dan wawancara dengan nelayan. Dengan tujuan untuk mencari informasi tentang efektivitas efesiensi penggunaan alat bantu penangkapan pada pengoperasian 3 unit purse seine.
D.   Metode pengumpulan data
v  Data Primer                                                              
            Pengumpulan data primer dilakukan dengan mengikuti secara aktif operasi penangkapan ikan serta melakukan wawancara dengan nelayan dengan menggunakan 3 unit kapal purse seine.
E. Analisis Data
Analisis data yang digunakan untuk penelitian ini hubungan antara produksi ikan hasil tangkapan dengan peralatan dan sarana penunjangnya di sebut sebagai suatu fungsi produksi linear berganda  dengan formula sebagai berikut: berikut :
Y=b0+b1+x1+b2+x2+b3+x3+…+bn+xn+e
Keterangan :
Y = nilai dugaan produksi atau nilai variabel tak bebas
                   (hasil tangkapan)
bo = peubah pengganggu (intersep)
(merupakan nilai tetap dari fungsi produksi)

bi = koefisien regresi
Xi = faktor produksi yang mempengaruhi hasil tangkapan purse seine (3 unit   purse  seine)
X1 = lampu     = (jumlah lampu)
X2 = rumpon   = (jumlah rumpon)
X3 = Roller      = (kekuatan mesin)
X4 = kapal       = (kekuatan mesin, ukuran kapal)
n   = jumlah variabel
e   = kesalahan
untuk dugaan fungsi produksi yang disebabkan oleh keseluruhan faktor produksi (xi), di uji dengan uji f.
1.    Pengujian faktor produksi (xi) secara bersama-sama terhadap produksi (Y) yang dilakukan dengan uji F, yaitu :
Ho : bi = 0 ini berarti bahwa antara Y dan Xi  tidak ada hubungan
Ha : salah satu bi≠ 0 ini berarti bahwa Y tergantung pada Xi  secara bersama-sama 
       Jika : Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak
       Jika : Fhitung < Ftabel, maka Ho diterima
2.    Pengujian pengaruh masing-masing faktor produksi terhadap produksi dilakukan dengan uji t-student, yaitu :
Ho : bi = 0, ini berarti bahwa antara Y dengan Xi tidak terdapat hubungan
Ha : bi ≠ 0, ini berarti bahwa antara Y dengan Xi terdapat hubungan
Jika : thitung > ttabel, maka Ho ditolak
Jika : thitung <ttabel, maka Ho ditreima
Keterangan :
-       Ho ditolak,berarti pada tingkat kepercayaan tertentu terdapat hubungan antara faktor produksi (xi) dengan produksi (Y)
-       Ho diterima, berarti pada tingkat kepercayaan tertentu tidak terdapat hubungan antara faktor produksi (xi) dengan produksi (Y).

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1, 2011. Kondisi Geografis dan Sumberdaya Alam Kabupaten Banggai (online) http://id.wikipedia.org/wiki/download 10 Agustus 2011

Anonim 2, 2011  Potensi Perikanan Di Wilayah Kabupaten Banggai (Online) http://id.wikipedia.org/wiki/download 10 Agustus 2011

Anonim  3, 2011.         Purse  Seine  (Pukat cincin)            (online) http://id.wikipedia.org/wiki/download 10 Agustus 2011
                                           
Anonim 4, 2011 Gambar Rumpon (online) http://id Wikipedia.org/wiki/download 10 agustus 2011

Anonim 5, 2011 Perpustakaandinaskelautandanperikanan.Blogspot (online) mengenal jarring-purse seine.html 24 november 2011
Dinas Kelautan dan Perikanan Kaabupaten Luwuk Banggai. 2005. Data Base Potensi Kelautan dan Perikanan Wilayah Pesisir dan Lautan profinsi Sulawesi Tengah.

Gunarso, W.  1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya Dengan Alat Metode dan Teknik Penangkapan. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan IPB. Bogor

Hesty, 2011 perbandingan hasil tangkapan bagan tancap berdasarkan waktu hauling pada jarak yang berbeda dari pantai di desa punagaya kab. Jeneponto. Skripsi program studi pemanfaatan sumberdaya perikanan Universitas Hasanuddin makassar 2011

Puslitbang perikanan 1992. Pedoman Teknis  Peningkatan Produksi Dan Efesiensi Penangkapan Ikan Pelagis Melalui Penerapan Teknologi Rumpon. Seri pengembangan hasil perikanan no. PHP/KAN/PT/21/

Rahman, A. 2001 Perbandingan Hasil Tangkapan Purse Seine Dengan Menggunakan Alat Bantu Cahaya dan Kombinasi Cahaya Rumpon Di Perairan Kabupaten Barru. Skripsi Progaram Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Univesitas Hasanuddin Makassar

Sismadi, 2006. Analisis Efesiensi Penggunaan Input Alat Tangkap Pur Seine Di Kota Pekalongan. Tesis Program Pascasarjana Universitas Dipenegoro Semarang
Sudirman dan Mallawa 2004  Teknik Penangkapan Ikan. PT. Rineka Cipta.  Jakarta

Najamuddin, M. Nessa, M. Palo, Yusran, Metusalach dan A. Assir, 1994. Studi Penggunaan Lampu Neon Dalam Air Dengan Warna Yang Berbeda Pada Perikanan Purse Seine Di Laut Flores, Sulawesi Selatan. Buletin Ilmu Peternakan Dan Perikanan Unhas, Ujung Pandang
Subani, 1972. Alat Dan Cara Penangkpan Ikan Di Indonesia. Jilid I Lembaga Penelitian Perikanan Laut. Jakarta.

Subani, 1983. Penggunaan Lampu Sebagai Alat Bantu Penagnkapan Ikan laporan penelitian perikanan laut no. 27. Balai penelitian perikanan laut. Departemen pertanian. Jakarta