{'background:#000000 url(http://petir-project.googlecode.com/files/zuaz-petir.gif) no-repeat center fixed;

Kamis, 20 Oktober 2011

TINGKAH LAKU IKAN

PENYEBAB TINGKAH LAKU IKAN
—  INTERNAL
          Reproduksi dan insting
         
—  EKSTERNAL
          Lingkungan (suhu, salinitas, arus, musim, intensitas cahaya,

PROSES TINGKAH LAKU IKAN TERHADAP CAHAYA
—  Cahaya langsung (direct) dan cahaya yang disebarkan (diffuse).
Cahaya langsung berasal dari matahari dan cahaya yang disebarkan awan, yang sebenarnya berasal pula dari cahaya matahari
—  Jumlah radiasi yang mencapai permukaan perairan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu awan, musim, keadaan atmosfer, letak geografis dan attitude (ketinggian dari permukaan laut).
Penetrasi cahaya yang masuk ke perairan dipengaruhi oleh intensitas dan sudut datang cahaya, kondisi permukaan air dan bahan-bahan terlarut dan tersuspensi di dalam air.
—  Jenis molekul H2O, O2, O3 dan CO2 dapat menyerap radiasi matahari sehingga dapat mengubahnya menjadi energi panas.
—  Menurut Wetzel (1975) bahwa perairan alami, penetrasi cahaya sekitar 53% masuk ke perairan dan mengalami perubahan menjadi panas dan pada kedalaman satu meter dari permukaan sudah mulai berubah serta menghilang (extinction).
—  Intensitas cahaya yang masuk ke kolom air semakin berkurang dengan bertambahnya kedalaman. Artinya, cahaya mengalami penghilangan (extinction) maupun pengurangan (atenuasi) yang semakin besar dengan bertambahnya kedalaman.
—  Cahaya yang diabsorpsi menghasilkan panas yang sangat penting bagi proses-proses hidup. dan penting dalam mempertahankan air sebagai suatu lingkungan hidup yang cocok.
—  Radiasi matahari secara tidak langsung mempengaruhi hampir semua fase kejadian biologis maupun bukan biologis ikan, seperti cahaya sangat mempengaruhi tingkah lakunya, fisiologinya maupun sampai pada migrasi harian.
—  Respon ikan pada cahaya melalui mata dan organ pineal yang berada pada bagian atas otak. merupakan reseptor penglihatan dalam mengumpulkan cahaya dan membentuk suatu fokus bayangan untuk di analisis oleh retina.
—  Sedangkan sensitivitas dan ketajaman mata bergantung pada terangnya bayangan yang mencapai retina.
—  Sifat ikan ada yang fototaksis dan fotophobi. Laevastus dan Hayes (1981) menyatakan bahwa pada spesies pemburu memerlukan cahaya untuk melokalisasi mangsa dan pemangsaan terjadi pada intensitas cahaya yang relatif rendah, seperti pagi dan sore hari.
—  Selanjutnya stimulus cahaya juga berperan dalam mempengaruhi migrasi harian dan tingkah laku kelompok pada kebanyakan spesies.
—  Fotoreseptor pada retina mata menyerap energi cahaya dan menyalurkannya ke sistem saraf dalam bentuk energi elektrikal. Terdapat dua jenis fotoreseptor yaitu cone (sel kerucut) dan rod (sel batang).
—  Eckert dkk. (1998) ada tiga macam pigmen dalam cone yang peka secara selektif terhadap berbagai warna seperti warna merah, hijau dan biru yang berturut disebut eritrilabe, klorolabe dan sianolabe.
—  Sifat-sifat absorpsi pigmen di dalam cone untuk ikan mas (goldfish) memperlihatkan puncak absorpsi berturut-turut pada panjang gelombang spektrum 625 nm, 530 nm dan 455 nm.
—  Untuk ikan pada umumnya merasakan cahaya pada interval 400-750 nm tergantung dari adaptasi mula-mula oleh mata terhadap cahaya.
—  Pagalai (1986) bahwa ikan sudah mulai merasakan rangsangan cahaya pada kekuatan 0,001 lux.
—  Sinar biru dengan panjang gelombang pendek sedikit diabsopsi dan sangat cocok untuk mengumpulkan ikan-ikan dari daerah yang luas dan lebih dalam.
—  Warna merah mempunyai panjang gelombang cahaya lebih pendek dari warna biru, oleh sebab itu sinar-sinar merah hanya menembus kolom air dekat permukaan sehingga ikan-ikan terkonsentrasi di permukaan (Ayodhya, 1976).
Cahaya dan segala aspeknya seperti intensitas, sudut penyebaran, polarisasi, panjang gelombang, arah, musim, lama penyinaran dan komposisi spektrum akan mempengaruhi secara langsung dan tidak langsung tingkah laku ikan serta proses fisiologinya.

REAKSI IKAN TERHADAP CAHAYA
—  Pergerakan kawanan ikan cenderung memutar mengitari sumber pencahayaan dan kadang-kadang bergerak menjauhi kemudian mendekati lagi
—  Pola distribusi ikan membentuk pola spherical.
—  Pola pergerakan ikan di luar daerah pencahayaan membentuk pola tersusun secara vertikal seperti pita (ribbon).
Ikan-ikan kawanan kecil cenderung mempunyai pergerakan cepat, dan menurun kecepatannya di sekitar pencahayaan akibat padatnya kawanan dan aktivitas makan
Tingkah laku terhadap suhu
—  Perubahan fisiologis dari suhu normal menjadi panas atau dingin karena perubahan musim, panas matahari, gejala pergeseran dasar perairan, letusan gunung merapi bawah laut
—  Dalam keadaan suhu normal metabolisme maupun tingkah laku ikan akan berjalan dengan normal
—  Bila terjadi perubahan suhu, respon yang diberikan oleh ikan akan menunjukan penyesuaian metabolisme tubuhnya terhadap lingkungan untuk mempertahankan kehidupannya.
—  Respon yang diperlihatkan oleh ikan berupa perubahan tingkah laku maupun pergerakan ikan
—  Suhu adalah salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan organisme di perairan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas maupun perkembangbiakan dari organisme
—  Banyak jenis ikan yang terdapat di berbagai tempat di dunia yang mempunyai toleransi tertentu terhadap suhu
—  Ikan yang mempunyai toleransi yang besar terhadap perubahan suhu, dinamakan euryterm dan yang toleransinya kecil, disebut bersifat stenoterm.
—  Sebagai contoh ikan di daerah sub-tropis dan kutub mampu mentolerir suhu yang rendah, sedangkan ikan di daerah tropis menyukai suhu yang hangat.
—  Suhu optimum dibutuhkan oleh ikan untuk pertumbuhannya. Ikan yang berada pada suhu yang cocok, memiliki selera makan yang lebih baik.
—  Suhu di perairan dapat mempengaruhi kelarutan dari oksigen. Apabila suhu meningkat maka kelarutan oksigen berkurang. Oksigen terlarut penting pada proses respirasi untuk pembakaran bahan organik sehingga terbentuk energi yang diikuti dengan pembentukan CO2 dan H2O.
—  Oksigen sebagai bahan pernafasan dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi metabolisme. Oleh sebab itu kelangsungan hidup ikan ditentukan oleh kemampuannya memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya.
—  Berkurangnya oksigen terlarut sudah tentu akan berpengaruh terhadap fisiologi respirasi ikan dan hanya ikan yang memiliki sistim respirasi yang sesuai dapat bertahan hidup.
—  Kebutuhan oksigen pada ikan sangat dipengaruhi oleh umur, aktivitas, serta kondisi perairan. Semakin tua suatu organisme, maka laju metabolismenya semakin rendah.
—  Umur mempengaruhi ukuran ikan, sedangkan ukuran ikan yang berbeda, membutuhkan oksigen yang berbeda pula. Semakin besar ukuran ikan, jumlah konsumsi oksigen per mg berat badan semakin rendah.
Perbedaan ukuran, perbedaan aktivitas juga membutuhkan oksigen yang berbeda pula. Ikan yang beraktivitas atau bergerak lebih banyak cenderung membutuhkan banyak oksigen untuk proses respirasi. Hal ini akan meningkatkan kadar karbondioksida dalam perairan. Namun demikian, kelarutan oksigen ini sangat ditentukan oleh kondisi perairan seperti suhu, salinitas dan sebagainya.

TINGKAH LAKU IKAN PADA PEMIJAHAN
—  Macam-macam tingkah laku ikan pada fase pra pemijahan diantaranya ialah: aktifitas mencari makan, ruaya, pembuatan sarang, sekresi feromon (pengenalan lawan jenis, mencari pasangan), gerakan-gerakan rayuan dan lain-lain.
—  Tingkah laku ikan pada fase pemijahan seperti melakukan sentuhan bagian-bagian tubuh, gerakan eksotik dengan menggetarkan seluruh bagian tubuh, gerakan pembelitan tubuh ikan jantan atau ikan betina oleh ikan jantan, penyimpanan telur oleh ikan jantan atau ikan betina ke dalam sarang, gua, bagian pada tubuh, pada busa, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain.
—  Tingkah laku ikan pada fase pasca pemijahan diantaranya ialah penyempurnaan penutupan sarang, penjagaan sarang yang berisi telur yang telah dibuahi atau telur yang sedang berkembang, menjauhi daerah pemijahan dan lain-lain.
—  Semua tingkah laku ikan itu merupakan resultante sejumlah rangsangan motoris yaitu rangsangan eksternal dan rangsangan internal berasal dari sekresi hormon,
—  sedangkan rangsangan luar berasal dari berbagai macam sumber seperti faktor lingkungan, zat kimia dan lain-lain yang dimediasikan melalui organ-organ sensori dari visual.
—  Begitu ikan memperlihatkan suatu tindakan sebenarnya merupakan suatu fenomena yang dinamik, termasuk tingkah laku "hibernasi" dan "aestivasi" musim panas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar